Manusia memiliki pengetahuan teknis untuk membelokkan asteroid menjauh
dari Bumi, tetapi apakah negara-negara bisa bergabung bersama untuk
menjauhkan asteroid dalam waktu bersamaan? Itu masalah lain.
Sebuah
asteroid akan menjadi masalah global yang menuntut respons kompleks dan
terkoordinasi, kata para ahli. Semua negara tidak hanya perlu
mengesampingkan perbedaan-perbedaan mereka, tetapi juga menempatkan
warga dalam kondisi berisiko demi kebaikan planet ini.
"Ada
banyak pertanyaan geopolitik yang benar-benar sangat sulit," kata Rusty
Schweickart, pendiri dan ketua B612 Foundation, sebuah organisasi
nirlaba yang didedikasikan untuk membantu melindungi Bumi dari serangan
asteroid.
"Kita akan segera menemukan teknologinya," tambah
Schweickart, pilot pesawat modul dari misi Apollo 9 NASA pada 1969.
"Tapi untuk mendapatkan keputusan geopolitik yang dibuat dengan tepat
waktu, dan tidak hanya penuh perdebatan hingga akhirnya terlambat untuk
bertindak, maka akan menjadi tantangan yang nyata."
Risiko benturan kosmik
Bumi mengelilingi matahari dengan risiko benturan kosmik, berbagi ruang dengan jutaan asteroid yang mengancam kita kapan saja.
Peristiwa
15 Februari menjadi peringatan yang gamblang bahwa bahaya ini selalu
ada. Pada hari itu, batu ruang angkasa berukuran 17 meter meledak tanpa
peringatan di atas kota Rusia, Chelyabinsk. Ledakan itu merusak ribuan
bangunan dan melukai 1.200 orang. Beberapa jam kemudian, asteroid DA14
berukuran 40 meter hanya berada 27.700 kilometer dari Bumi, lebih dekat
daripada cincin satelit geosinkron.
Meski para astronom telah
melihat 95 persen dari 980 asteroid berukuran paling kecil 1 km yang
dekat dengan Bumi, yang mungkin bisa mengakhiri kehidupan jika
menghantam di planet kita, batuan ruang angkasa yang lebih kecil masih
memiliki bahaya yang tetap tidak terdeteksi.
Para peneliti telah
menemukan bahwa kurang dari 30 persen dari benda angkasa yang dekat Bumi
berukuran 100 m, misalnya, bisa menghancurkan area seluas satu negara
jika benda itu menghantam planet kita. Dan mereka telah memetakan orbit
kurang dari 1 persen dari asteroid berukuran 39 meter yang diduga ada di
luar sana, yang bisa memusnahkan sebuah kota.
Dari
keseluruhannya, hanya 9.700 asteroid dekat Bumi yang telah
diidentifikasi sampai saat ini, dari jumlahnya yang mencapai jutaan. Hal
tersebut membuat banyak astronom dan politisi menyerukan agar ada lebih
banyak sumber daya yang dikerahkan untuk mendeteksi asteroid, sehingga
kita bisa mengetahui dengan lebih baik apa yang mengancam kita di masa
depan.
Bagaimana cara menangkis asteroid
Para peneliti merasa tahu caranya menangkis asteroid yang menuju ke Bumi, jika ada waktu yang cukup.
Strateginya
melibatkan pemasangan setidaknya dua misi ruang angkasa terkoordinasi,
kata Schweickart. Yang pertama akan mengempaskan sebuah penabrak kinetik
sehingga membuat asteroid hancur. Yang kedua adalah meluncurkan
"traktor gravitasi" yang terbang bersama batu ruang angkasa tersebut,
mendorongnya menjauh melalui tarikan gravitasi kecil tapi terus-menerus.
"Anda
selalu membutuhkan traktor gravitasi di sana untuk memastikan setiap
usaha pembelokan tidak membuat asteroid masuk ke ‘lubang’ gravitasi,
karena kalau begitu, asteroid itu bakal kembali lagi suatu saat nanti,"
kata Schweickart kepada SPACE.com.
Pendekatan ini dapat mencegah
lebih dari 98 persen kemungkinan tabrakan, menurut laporan tahun 2008
yang berjudul “Asteroid Threats: A Call for Global Response”. Laporan
itu disatukan oleh International Panel on Asteroid Threat Mitigation
dari Association of Space Explorers, yang diketuai Schweickart.
Sebuah
strategi yang berbeda, seperti ledakan nuklir, mungkin diperlukan untuk
asteroid yang berukuran lebih dari 400 m, atau yang datang begitu cepat
sehingga manusia tidak siap.
Hambatan politik
Pada
2005, NASA menghancurkan sebuah pesawat buatan ke Comet Tempel 1 untuk
menyelidiki komposisi bentuk fisiknya. Dan beberapa pesawat ruang
angkasa, seperti Dawn dari NASA dan Hayabusa dari Jepang, telah bertemu
dengan asteroid di ruang angkasa.
Namun tantangan utama misi
membelokkan asteroid terletak di sisi politis, bukan teknis, tutur
Scheweickart. Dan mungkin hambatan terbesarnya adalah cara yang
disepakati untuk membelokkan asteroid.
Setiap asteroid yang
datang orbitnya telah dipetakan akan mengancam bumi dengan “koridor
risiko” yang spesifik — garis situs potensi yang memanjang hingga 180
derajat di permukaan planet tapi hanya beberapa puluh kilometer
lebarnya.
Sebuah aksi defleksi tidak akan mampu membuat perubahan
besar untuk orbit asteroid yang berbahaya tersebut. Sebaliknya, itu
hanya bisa menyeret titik dampak diproyeksikan melebar ke kiri atau ke
kanan, dengan memperlambat jatuhnya atau mempercepat sedikit.
Tujuannya,
tentu saja, adalah memindahkan titik jatuh ke luar planet. Namun
menentukan bagaimana tepatnya untuk mencapai hal ini — untuk membelokkan
ke kiri atau kanan, untuk mendorong asteroid atau menariknya — akan
sulit, karena keputusan apa pun tentu akan menempatkan beberapa negara
pada risiko yang lebih besar daripada yang lain, kata Schweickart.
"Jika
Anda memulai sebuah defleksi dan tidak berjalan dengan benar, Anda
sekarang telah menggeser titik itu dalam satu koridor risiko," kata
Schweickart. "Dan sekarang orang berada dalam bahaya, meski mereka
tidak berada dalam keadaan bahaya sebelum Anda memulai operasi ini."
Dan hal itu hanya salah satu dari banyak isu geopolitik rumit dalam misi membelokkan asteroid.
"Siapa yang melakukannya? Siapa yang membiayainya? Siapa yang bertanggungjawab?" tutur Schweickart.
Sumber: Mike Wall | SPACE.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar