Rabu, 20 Maret 2013

Debu Berkilauan di Angkasa


Debu itu butiran kotor yang tidak ada gunanya dan tidak ada tujuannya! Itu kan yang ada dalam benak kita ketika melihat debu dan kemudian membersihkannya? Tapi di ruang angkasa, debu merupakan bahan penting dalam pembentukan bintang.


Astronom sering berbicara tentang bintang sebagai bola gas raksasa, tapi di dalamnya terdapat banyak sekali debu. Sekarang, yuk lihat foto di halaman ini. Foto ini berasal dari sebuah area di ruang angkasa dimana bintang – bintang baru dilahirkan, dan dikenal dengan nama Nebula Carina. Bagian yang berwarna oranye merupakan obyek yang mengisi bagian terbesar di area itu – dan itu semua adalah DEBU!

Tidak seperti partikel gas, debu tidak hanya digunakan sebagai bahan bakar yang memberi tenaga bagi bintang. Tapi tanpa debu, bintang tidak akan lahir. Bintang hanya bisa terbentuk keika materi di area pembentukan bintang cukup rapat. Disinilah butiran-butiran debu memberi kontribusi yang sangat penting dalam membentuk sebuah bintang baru.

Ada beberapa area di Nebula Carina yang cukup rapat untuk membentuk bintang baru dalam beberapa juta tahun ke depan. Dan bintang masif yang ditemukan di Nebula akan dapat membantu mendorong gas dan partikel gas untuk bersatu.

Angin dari bintang masif yang ditemukan itu akan meniup materi untuk berkumpul – seperti dedaunan dan sampah yang tertiup angin di hari yang berangin. Bintang masif juga mengakhir hidupnya dalam ledakan yang sangat kuat yang dikenal sebagai ledakan supernova. Saat terjadi ledakan supernova, materi akan mendapat bantuan untuk segera terkumpul dan bintang baru pun bisa segera terbentuk!

Fakta menarik : Berat gabungan gas dan debu di Nebula Carina berkisar 140000 kali Matahari!

Source : http://langitselatan.com

Ledakan Matahari Tak Terjadi di 2012



Banyak orang yang merasa takut solar flare raksasa yang mematikan bisa melemparkan energi yang besar untuk menghancurkan bumi. Terlebih, fakta akurat mengungkap aktivitas matahari saat ini lerengan uapnya berada pada siklus 11 tahun. Dalam kondisi seperti ini, semua orang mempercayai bahwa 2012 merupakan saat bagi lidah matahari atau solar flare itu melemparkan energinya.

Tapi siklus matahari ini telah terjadi selama ribuan tahun. Setiap orang yang telah berumur 11 tahun telah melalui siklus tersebut, dan terbukti tidak merasakan bahaya seperti yang dikhawatirkan. Sebagai tambahan, puncak siklus matahari maksimal diprediksi terjadi pada akhir tahun 2013 atau awal 2014, dan bukan 2012.

Tapi hal terpenting adalah, solar flare terbesar pun tak memiliki cukup kekuatan untuk menghancurkan bumi secara fisik. Ini bukan berarti cuaca luar angkasa tidak berdampak bagi bumi. Meski ledakan panas dari nyala api matahari tidak membawa kerusakan bagi bumi, tapi radiasi elektromagnetik dan partikel energi tentunya dapat merusak.

Lidah matahari secara bertahap dapat mengubah lapisan teratas atmosfer dan menciptakan gangguan sinyal transmisi, seperti satelit GPS bumi yang dapat menyebabkan atmosfer menjadi tidak berfungsi dalam beberapa meter. Fenomena lain dihasilkan oleh aktivitas matahari menciptakan gangguan lebih merusak. Seperti diketahui sebuah ledakan besar di atmosfer matahari (CME), mendorong semburan partikel dan fluktuasi elektromagnetik ke dalam atmosfer bumi.

Flukutuasi ini dapat menyebabkan fluktuasi listrik di tanah yang dapat meniupkan transformator dalam kekuatan jaringan. Ledakan atmosfer matahari juga dapat bertabrakan dengan listrik di satelit dan mengganggu sistem tersebut.


Di dunia yang bergantung pada teknologi seperti saat ini, kerusakan satelit tersebut jelas sangat merugikan. Karena, sebagian besar orang bergantung pada ponsel dan kendali GPS untuk peta dan navigasi pesawat, dan kerusakan satelit itu juga dapat mematikan transaksi keuangan secara online. Jadi, masalah cuaca luar angkasa jelas merupakan hal yang serius.

Problem yang sama juga terjadi saat ada badai. Seseorang dapat melindungi diri setelah mendapat informasi terkini, untuk kemudian melakukan persiapan sebelum kejadian. Selama badai terjadi, pemilik rumah dapat tetap tinggal atau lari dengan mematikan listrik.

Dengan analogi yang sama, ilmuwan di NASA dan NOAA berusaha mendapatkan informasi terkini dengan cepat, untuk memberi peringatan kepada perusahaan listrik, operator luar angkasa, dan pilot pesawat, sebelum sebuah ledakan atmosfer matahari datang ke bumi. Sehingga, antisipasi pun bisa dilakukan.

Meningkatkan kemampuan memprediksi cuaca yang dilakukan beberapa dekade yang lalu merupakan salah satu alasan dilakukannya studi matahari dan cuaca luar angkasa NASA. Kita tidak dapat mengabaikan cuaca luar angkasa, tapi kita dapat mengambil tindakan yang sesuai untuk melindungi diri kita.

Source : vivanews.com 

Penemuan Gunung Besar di Batu Angkasa


Saat ini, para ilmuwan yang bekerja dengan pesawat ruang angkasa Dawn sedang membuat dampak besar dengan penemuan baru : salah satu gunung terbesar di Tata Surya berhasil ditemukan di asteroid!

Asteroid adalah gumpalan materi batuan dan es di angkasa. Usianya sudah sangat tua dan terbentuk saat Tata Surya lahir. Sebagian besar asteroid di Tata Surya ditemukan di antara planet Mars da Jupiter – sebuah area yang disebut Sabuk Ateroid.


Dengan mempelajari asteroid, para astronom bisa mempelajari pementukan Tata Surya. Karena itulah astronom mengirim wahana ruang angkasa Dawn dalam perjalanan 4 tahun ke asteroid bernama Vesta yang berada di Sabuk Asteroid. Semenjak bulan Juli, Dawn sudah berada di orbit di sekitar asteroid memotret permukaan batu angkasa tersebut.

Vesta ukurannya jauh lebih kecil dari Bumi. Kalau Bumi diisi oleh asteroid sebesar Vesta, maka dibutuhkan 14000 asteroid Vesta untuk bisa mengisi Bumi!. Nah, meskipun hanya batuan kecil, foto yang dipotret wahana Dawn menunjukkan kalau Vesta memiliki gunung terbesar di Tata Surya di permukaannya. Gunung besar ini memiliki ketinggian 20000 meter atau dua kali tinggi gunung tertinggi di Bumi!.

Juli tahun 2012, wahana ruang angkasa Dawn akan meninggalkan Vesta menuju Ceres, asteroid terbesar di Tata Surya. Untuk menjelajahi kedua asteroid wahana Dawn menggunakan tipe mesin baru yang disebut “kendali ion” - terdengar seperti di Star Trek ?

Source : LangitSelatan.com

Supermoon Maret 2011




Supermoon atau yang bisa disebut lunar perigee adalah suatu fenomena dimana bulan akan berada pada posisi terdekat dangan bumi, hal ini akan membuat bulan terlihat lebih besar dari biasanya.

Fenomena ini telah terjadi 18 tahun lalu pada tahun 1993, dan akan terulang ditahun ini pada sabtu 19 maret 2011. Jika cuaca malam mendukung dan langit tidak mendung kita bisa melihat bulan yang lain dari biasanya. Tetapi ada beberapa astronom yang mengataken supermoon akan mempengaruhi pola iklim di Bumi yang memunginkan terjadinya bencana alam seperti gempa.

Namun seperti dimuat News.com.au, Jumat 4 Maret 2011 lalu, seorang astronom yaitu Pete Wheeler dari International Centre for Radio Astronomy mengatakan bahwa tak akan ada gempa bumi atau gunung meletus. Kalaupun hal itu terjadi itu sudah takdir.

Pada saat itu memang laut akan mengalami pasang yang lebih tinggi dan surut yang lebih rendah. Karena dimungkinkan ada korelasi antara gempa bumi berskala besar di dekat katulistiwa dan Bulan - kala baru, atau purnama.

Mudah - mudahan saja kita bisa melihat dan menikmati penampakan bulan yang lain ini tanpa terjadi musibah.

Sumber: http://indra-tatasurya.blogspot.com

10 Awan Terlangka di Dunia


Awan adalah massa terlihat dari tetesan air atau beku kristal tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau lain planet tubuh. Awan juga terlihat massa tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu tentang awan atau awan fisika cabang meteorologi.

bentuk bentuk awan juga sangat banyak, namun kali ini saya akan membahas tentang ke sepuluh awan terlangka di dunia. Berikut gambarnya.

1. Nacreous Clouds


Awan ini jarang kita lihat, kadang-kadang disebut awan ibu mutiara, berada di ketinggian 15 - 25km (9 -16 mil)di stratosfer dan jauh di atas awan troposfer. Mereka memiliki warna yang bervariasi tetapi bukan sembarang warna. variasi warna ini dibentuk dari bias cahaya matahari. Awan ini sebagian besar terlihat di daerah kutub dan di musim dingin di lintang tinggi, Skandinavia, Alaska, Kanada Utara. untuk tingkat warni awan rendah dapat dilihat di mana saja. Awan Nacreous bersinar terang di bawah sinar matahari di dataran tinggi selama dua jam setelah matahari terbenam atau sebelum fajar.

2. Mammatus Clouds


Awan Mammatus adalah awan dengan struktur kantung-kantung. Awan mammatus tidak berbahaya dan terlihat seperti akan terjadi badai tornado, tapi itu persepsi yang salah awan ini malahan terbentuk dari badai tornado berlalu.

3. Altocumulus Castelanus


Altocumulus Castelanus Juga dikenal sebagai awan ubur-ubur karena penampilan mereka seperti ubur-ubur. Ini diambil oleh foto sekitar 17.000 kaki. Bagian atas awan naik membentuk ubur-ubur dan tentakel.awan ini sering dijumpai ketikai air menguap sebelum hujan.

4. Noctilucent Clouds


Awan Ini adalah pembentukan awan extroadinarily langka yang keluar di antara ruang 82 km sampai 102 km dari permukaan tertinggi bumi (AOS). Awan Noctilucent di belahan bumi yang lain akan terlihat seperti bercahaya.

5. Mushroom Clouds


Awan jamur adalah awan berbentuk jamur khas yang terbentuk dari asap, uap air kental, atau puing-puing akibat ledakan yang sangat besar. Mereka sering dikaitkan dengan ledakan nuklir. tapi tidak semua Awan jamur dihasilkan dari efek ledakan nuklir. Letusan Gunung dapat menghasilkan awan jamur alami. Awan Jamur terbentuk akibat perubahan panas dan masa jenis awan secara tiba-tiba.

6. Cirrus Kelvin-Helmholtz


Kelvin-Helmholtz Cirrus Muncul berbaris, spiral dan horisonta, Kelvin-Helmholtz Cirrus adalah salah satu formasi awan yang paling khas. Namun, awan ini terbentuk hanya satu atau dua menit, akibatnya awan seperti ini jarang terlihat. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 16.500 kaki

7. Lenticular Clouds


Awan Lenticular, secara teknis dikenal sebagai lenticularis stand altocumulus, adalah awan yang terbentuk berbentuk di tempat yang tinggi.
Ketika udara lembab stabil mengalir di sebuah gunung atau daerah pegunungan, serangkaian gelombang terbentuk dengan skala besar, terbentuk ketika awan melawan arah angin. Dalam kondisi tertentu, awan lenticular formasi yang dikenal sebagai "gelombang awan". Awan ini sering dikira UFO!

8. Roll Clouds


Awan roll terbentuk dari tabung horisontal awan dengan embusan badai, atau dengan sebuah awan dingin. awan Roll juga bisa menjadi tanda aktivitas microburst.

9. Shelf Clouds


Tidak seperti awan roll, awan Shelf (rak) melekat ke dasar awan (biasanya berlangsung ketika ada badai). Gerakan awan dibagian luar terlihat lembut dan lurus sedangkan di bagian dalam terlihat bergelombang dan robek-robek.

10. Stratocumulus Clouds


Menurut Observatorium Meteorologi Sapporo, awan stratocumulus terbentuk akibat terjebak arus udara panas dan arus udara dingin. Awan ini sangat jarang dilihat.

Sumber: http://indra-tatasurya.blogspot.com

13 Petir Paling Berbahaya


Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di mana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan biasanya disebut kilat yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar sering disebut Guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.

Berikut adalah ke 13 petir yang paling berbahaya.

1. St. Elmo’s Fire


Telah ada selama berabad-abad, dimulai dengan Yunani kuno, Julius Caesar, Columbus dan Magellan. Setelah penangkal petir Benjamin Franklin, fenomena ini terlihat lebih di tanah, menyebabkan rasa takut sebagai api biru terinspirasi cerita roh dan hantu.

2. Boom


Ball Thunder adalah fenomena yang aneh, dengan laporan peninjauan kembali ke Yunani kuno. Jenis yang paling umum adalah kilatan petir coret, tapi kilat ini menyebabkan ancaman terbesar terhadap kehidupan dan properti. Petir dapat dipicu oleh berbagai peristiwa mulai, dari ledakan termonuklir untuk meluncurkan roket seperti Challenger atau Apollo 12.

3. Deadly


Di Amerika Serikat, rata-rata 58 orang dibunuh setiap tahun oleh petir. Sekitar 250 orang bertahan hidup setiap tahun setelah disambar petir, namun sebagian besar hidup dengan bekas luka permanen.

4. Cloud Flashes


Ketika kilat menyala di awan, kadang-kadang Anda dapat melihat garis di udara di sekitar badai. Itu disebut kilat awan-ke-udara, atau disebut sebagai “Anvil Crawler” Petir juga dapat melakukan perjalanan dari awan ke awan. Ketika kilat tampaknya tertanam di awan dan sepertinya pada luminositas selama bagian flash, disebut lembar pencahayaan atau intra-awan petir. Banyak orang telah melihat kilat yang panas, tapi mengatakan mereka tidak mendengar guntur. Namun, guntur di kejauhan itu terlalu jauh untuk didengar. Setiap kali ada petir, ada juga guntur.

5. Cloud-to-sea Lightning


Air adalah konduktor yang sangat baik, sehingga pintar untuk tinggal jauh dari laut, danau dan kolam selama badai petir. Dalam badai, para pelaut berisiko terkena petir-awan ke laut. Selain angin kencang, tinggi, gelombang berombak, dan hujan deras. Pelaut dianjurkan untuk mencari pelabuhan yang aman sampai badai berlalu dan memastikan kru mengenakan jaket.

5. Re-strike


Petir ini terdiri dari 3-4 stroke individu, tetapi mungkin memiliki lebih. Dipisahkan oleh 40-50 milidetik, menyebabkan efek “strobe light”. Yang pertama adalah yang terkuat. Setiap stroke berturut-turut biasanya kembali menggunakan saluran debit diambil oleh stroke sebelumnya. Berkepanjangan oleh gemuruh guntur yang menyerang kembali.

6. Mind-blowing Beauty


Petir melalui udara memancarkan cahaya putih, tetapi dapat muncul sebagai warna yang berbeda tergantung pada kondisi cuaca. Karena kelembaban, kabut, debu dan semacamnya, petir jauh dapat muncul merah atau oranye dalam cara yang tidak sama saat matahari terbenam.

7. Upper Atmospheric Lightning


Walaupun jarang terlihat dengan mata telanjang, petir sangat istimewa, jarang terlihat seperti flash sprite merah, biru dan elf jet. Sprite lebar, berkedip lemah dalam badai. Sprite petir muncul seperti ubur-ubur raksasa dengan cahaya merah darah-biru panjang tergantung pada tentakel. Jet Blue sempit dan ditembak dari atas badai. jJet Blue lebih terang dari sprite dan pertama kali direkam dari pesawat.

8. Scary Powerful Strikes to Towers, Buildings


Biasanya selama badai, 80% kilat terlihat di awan dan 20% di darat. Bangunan, menara, dan titik tinggi lainnya sering disambar petir, karena listrik menemukan jalan dan perlawanan terendah. Petir turun dari langit ke bawah, tetapi bagian yang Anda lihat berasal dari bawah ke atas. Bisa menyerang tempat yang sama lebih dari sekali.

9. Double Lightning


Petir merupakan kekuatan alam yang mengesankan. Indah, sekaligus berbahaya. Lampu kilat biru-putih cemerlang petir disebabkan oleh panas yang ekstrim. Petir lebih panas dari permukaan matahari. Petir ganda memiliki ancaman yang berganda pula.

10. Mulitple Strikes & Long Exposure Photos


Ini adalah tipe dasar awan petir yang muncul untuk membubarkan menjadi string pendek, lampu, yang berlangsung lebih lama dari biasa. Petir terlihat agak seperti pita. Hal ini terjadi dalam angin badai dengan trafik tinggi dan stroke yang lalu. Angin bertiup kembali dalam satu baris ke setiap stroke, juga ke salah satu sisi belakang stroke sebelumnya, menunjukkan efek dari pita. Petir staccato memiliki durasi stroke pendek, muncul sebagai flash tunggal sangat cerah dan sering memiliki dampak yang cukup besar.

11. Rocket Lightning


Rocket kilat biasanya horisontal dan di dasar awan. Saluran Luminous muncul melalui udara dengan kecepatan visual tinggi, sering terputus-putus. Gerakan ini menyerupai gerakan roket. Ini adalah salah satu tipe yang paling langka.

12. Volcanic Triggered Lightning


Petir dipicu vulkanik bukanlah sesuatu yang sering kita lihat. Setidaknya sebelum neraka meledak di Islandia. Ada tiga jenis pencahayaan vulkanik. Petir dapat dipicu oleh letusan gunung berapi yang sangat besar, yang mengeluarkan gas dan material ke atmosfir. Jenis perantara dari ventilasi gunung berapi, kadang-kadang memiliki panjang 1,8 km. Lalu ada percikan petir jenis jauh lebih pendek dan hanya berlangsung beberapa milidetik.

13. Sensational Volcanic-Lightning


Petir, api, es, dan abu bersatu disini, vulkanik memicu petir terdengar sesuatu seperti tembakan senapan, sementara listrik yang diproduksi menghasilkan gemuruh panjang. 

Sumber: http://indra-tatasurya.blogspot.com

Air Berada Di Mars




WASHINGTON--MI: Para ilmuwan NASA telah menemukan waduk air beku di bawah tanah di Mars, jauh dari tudung kutubnya.

Penemuan ini merupakan tanda terbaru bahwa kehidupan boleh jadi dapat bertahan di Planet Merah.

Radar yang mampu menembus tanah dari Mars Reconnaissance Orbiter mengungkapkan gletser dalam jumlah banyak dengan ketebalan hingga setengah mil terkubur di bawah lapisan karang dan debu.


Para ilmuwan menyatakan sebuah gletser besarnya mencapai tiga kali daripada ukuran kawasan Los Angeles.

"Secara keseluruhan, gletser-gletser ini hampir dapat dipastikan sebagai waduk air es terbesar di Mars, dan bukan tudung es di kutub," kata John Holt, seorang pakar geofisika pada Universitas Texas di Austin dan penyusun utama laporan tentang penemuan tersebut.

Laporan mengenai penemuan mereka muncul di jurnal Science edisi 21 November.

"Di samping nilai ilmiah mereka, gletser-gletser ini dapat menjadi sumber air guna mendukung penjelajahan Mars mendatang, ujar Holt, seperti dilaporkan AFP.

Para ilmuwan pada tim riset beranggotakan 12 orang itu menduga cadangan air beku itu adalah peninggalan Jaman Es di Mars pada jutaan tahun silam.

Karena air merupakan salah satu keperluan dasar bagi kehidupan, para ilmuwan mengatakan waduk beku itu adalah tanda yang menjanjikan bagi kehidupan di luar Bumi.

Mars adalah satu-satunya planet yang permukaannya dapat dilihat secara terinci dari Bumi. Suhunya antara -140 derajat Celsius hingga20 derajat celsius.

Sumber; http://indra-tatasurya.blogspot.com

Misteri 90% Galaksi Yang Tak Tampak



Sudah sejak lama para astronom mengetahui bahwa dalam berbagai survey alam semesta pada jarak yang sangat jauh, ada sejumlah besar fraksi dari cahaya instrinsik yang tidak teramati. Namun mereka tak pernah menyangka kalau bagian yang tak teramati itu sangat besar. Mengapa demikian? Simak penjelasannya.


Pengamatan modern saat ini, khususnya pada survey yang “sangat dalam” dengan menggunakan 2 dari 4 teleskop raksasa 82 meter pada Very Large Telescope (VLT) milik ESO dan filter yang dibangun dengan unik maka para astronom bisa menentukan fraksi besar galaksi yang cahayanya membutuhkan waktu 10 milyar tahun untuk sampai ke kita namun dalam kenyataannya tak pernah tiba. Survei ini juga membantu para astronom untuk mengungkap beberapa galaksi yang sangat lemah yang pernah ditemukan pada masa awal alam semesta.

Pada umumnya, para astronom menggunakan karakteristik yang kuat seperti sidik jari cahaya yang dipancarkan oleh hidrogen yang juga dikenal sebagai garis lyman-alfa, untuk menyelidiki jumlah bintang yang terbentuk pada alam semesta yang sangat dini. Namun kemudian diprediksi kalau sejumlah galaksi jauh ini tidak berhasil dikenali pada survei tersebut. Survei terbaru dari VLT untuk pertama kalinya berhasil menunjukkan apa yang telah terjadi sebelumnya. Sebagian cahaya Lyman-alfa ternyata terjebak dalam galaksi yang memancarkannya, dan 90% galaksi tidak muncul dalam survei lyman-alfa.

Selama ini para astronom memang menyadari kalau mereka kehilangan sejumlah fraksi galaksi dalam survei lyman-alfa namun jumlah pastinya baru diketahui sekarang. Dan ternyata jumlahnya besar.

Teknik Pengamatan

Dalam survei yang dilakukan untuk mengetahui total luminositas yang hilang, Matthew Hayes dan timnya menggunakan kamera FORS pada VLT dan filter pita sempit yang dibuat khusus untuk mengukur cahaya Lyman-alfa, menurut metodologi survei Lyman-alfa yang standar digunakan. Filter pita sempit merupakan filter optik yang didesain untuk meneruskan cahaya dengan lalu lintas cahaya yang sempit, dipusatkan pada panjang gelombang tertentu.

Selain itu, digunakan juga kamera baru HAWK-I yang dipasang di teleskop VLT lainnya, maka keduanya akan mensurvei area yang sama untuk cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang berbeda, yang juga berasal dari hidrogen yang bersinar dan dikenal sebagai garis H-alfa. Kedua teleskop VLT ini secara spesifik mencari galaksi yang cahayanya telah menjelajah angkasa selama 10 milyar tahun (pergeseran merah 2,2), pada area yang telah dipelajari sebelumnya dan dikenal sebagai bidang selatan-GOODS (GOODS-South).

Pengamatan ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan untuk mendapatkan hasil detil dari cahaya yang datang dari hidrogen pada 2 panjang gelombang yang spesifik. Survei ini memang mendalam dan berhasil mengungkap keberadaan galaksi lemah pada epoh awal di alam semesta

Dari hasil pengamatan ini, para astronom bisa menyimpulkan kalau survei tradisional dengan menggunakan Lyman-alfa hanya memperlihatkan sebagian kecil dari total cahaya yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh foton Lyman-alfa dihancurkan dalam interaksi dengan awan gas dan debu antar bintang. Efek interaksi tersebut pada Lyman-alfa memang sangat signifikan jika dibanding dengan pada cahaya H-alfa. Akibatnya, banyak galaksi dengan proposi hampir 90% jadi tak terlihat oleh survei tersebut.

Jadi pada survei tradisional jika ada 10 galaksi yang tampak, maka di tempat itu kemungkinan memiliki ratusan galaksi.

Metode pengamatan yang berbeda, yang menargetkan cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang berbeda senantiasa memberikan hasil yang berbeda dan juga membawa manusia untuk melihat alam semesta yang baru sebagian bisa dikenali.

Hasil survei ini membawa para astronom mengetahui berapa banyak cahaya yang hilang. Dengan demikian para kosmolog akan dapat membangun gambaran kosmos yang lebih akurat, dan bisa memahami dengan lebih baik lagi seberapa cepat bintang terbentuk pada waktu yang berbeda dalam masa hidup alam semesta.

Sumber : ESO

Satu Hari Kini Tinggal 23 Jam



Richard Gross, peneliti dari Jet Propulsion Laboratory, NASA menyusun model penghitungan kompleks untuk mengalkulasikan secara teoritis, bagaimana gempa bumi di Jepang, yang merupakan gempa terbesar kelima sejak tahun 1900, memengaruhi rotasi Bumi.

Memanfaatkan data dari United States Geological Survey, hasil perhitungan mengindikasikan adanya perubahan distribusi massa Bumi. Gempa Jepang telah membuat Bumi berputar sedikit lebih cepat, dan memperpendek waktu dalam satu hari hingga 1,8 mikrodetik atau sepersejuta detik.

Kalkulasi yang dibuat juga menunjukkan bahwa poros Bumi bergerak sekitar 17 centimeter ke arah bujur timur. Perubahan poros ini akan membuat pergerakan Bumi sedikit berbeda. Namun itu tidak mempengaruhi posisi Bumi di ruang angkasa karena hanya kekuatan eksternal seperti gravitasi Matahari, Bulan, dan planet-planet yang mampu mengubah itu.

Seputar semakin singkatnya waktu dalam satu hari yang sudah tidak mencapai 24 jam, sebagai gambaran, akibat gempa dengan magnitude 8,8 yang terjadi tahun lalu di Chile, waktu dalam satu hari telah dipangkas sebesar 1,26 mikrodetik dan menggeser poros Bumi sekitar 8 cm.

Padahal, menggunakan kalkulasi serupa yang dilakukan setelah gempa dengan magnitude 9,1 yang menghantam Aceh tahun 2004 lalu, waktu dalam satu hari sudah berkurang sebesar 6,8 mikrodetik akibat bergesernya poros dan bentuk Bumi sekitar 7 cm.

“Rotasi Bumi terus berubah, dan tidak hanya disebabkan oleh gempa, namun juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti angin di atmosfer dan arus samudera,” kata Gross, seperti dikutip dari Science Daily, 10 Mei 2011. “Bagaimana gempa memengaruhi rotasi Bumi tergantung pada skala, lokasi, dan bagaimana gempa terjadi,” ucapnya.

Gross menyebutkan, dalam kurun satu tahun, waktu dalam satu hari bisa bertambah dan juga berkurang sekitar satu milidetik atau 550 kali lebih besar dibanding akibat gempa Jepang. Demikian pula dengan lempeng Bumi yang bisa bergeser sekitar 1 meter dalam satu tahun akibat berbagai gempa.

“Secara teori, apapun yang mampu meredistribusi massa Bumi akan mengubah rotasi planet Bumi,” kata Gross. “Namun demikian, perubahan rotasi dan poros Bumi seharusnya tidak memengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Perubahan ini sangat alami dan terjadi kapan saja. Orang-orang tidak perlu khawatir,” ucapnya.

Meski telah membuat penghitungan, kalkulasi yang dibuat Gross, baik untuk rotasi dan poros Bumi, hasilnya kemungkinan akan masih berubah dengan munculnya data-data baru yang lebih akurat seputar fenomena yang terjadi di Bumi. (umi)


Source : vivanews.com

Terdapat Kehidupan di Atmosfer Venus?



Permukaan planet Venus tidak seperti Bumi yang ramah untuk makhluk hidup. Kesempatan untuk hidup di sana bahkan mendekati nol. Namun, menurut sejumlah ilmuwan, beda halnya dengan atmosfer Venus.

Menurut beberapa sumber, kemungkinan bentuk-bentuk kehidupan primitif masih beredar di antara gas-gas yang tercampur di lapisan atmosfer Venus.

Tidak berhenti di situ, para ahli mengatakan rencananya untuk misi lebih lanjut. Mereka akan melakukan semacam misi sampel untuk mengambil setiap potensi "penghuni" yang mungkin bersembunyi di sana. Demikian dilansir Daily Galaxy, Rabu 23 Maret 2011.

Selama bertahun-tahun, beberapa pesawat ruang angkasa mendekati planet tersebut dan menganalisisnya hingga batas tertentu. Namun, mereka tidak tahu banyak tentang Venus seperti halnya Mars. Planet Merah ini dipelajari ilmuwan non-stop dalam beberapa dekade terakhir.

Meski teori-teori muncul dan mulai menunjukkan ada kehidupan di Mars, Venus bisa jadi menyimpan kejutan besar bagi para ilmuwan, khususnya astrobiologist. Namun, misteri itu dinilai cukup mudah dipecahkan. Menurut ilmuwan, cukup dengan mengirimkan balon terbang ke planet itu untuk menangkap kehidupan di atmosfer Venus.

Di permukaan planet Venus, suhu tercatat sangat tinggi. Panasnya bahkan bisa menguapkan raksa dan mengubah timah padat menjadi genangan air. Tingkat tekanannya mencapai 20 kali lipat Bumi, sehingga bisa dipastikan bahan dan struktur kehidupan tidak mungkin ada di planet ini. Jika pun ada, kemungkinan mereka yang bertahan dengan kondisi ini sangatlah minim.

Anehnya, atmosfer Venus justru mirip dengan Bumi. Jaraknya cukup jauh dari permukaan. Awannya bahkan memiliki suhu yang sama, begitu pun tingkat tekanannya. Sejumlah studi, walaupun jumlahnya sedikit, mengatakan bahwa komposisi kimia dari awan ini sangat mirip dengan awan di Bumi sekitar miliaran tahun yang lalu.

Artinya, suasana atmosfer Venus sangat mirip dengan suasana atmosfer Bumi saat terbentuk pertama kali. Atmosfer di Venus dan Bumi sama-sama tidak mengandung asam sulfat. Ini adalah petunjuk yang menjanjikan bagi banyak orang. Bahkan, orang skeptis pun mengakui bahwa ini perlu dieksplorasi lebih lanjut secara rinci.

Terlepas dari banyak temuan yang dianalisis dari Bumi, faktanya ilmuwan merasa perlu untuk mengirim roket jarak jauh untuk mengambil sampel langsung. Hanya dengan cara ini mereka bisa memastikan bahwa kehidupan memang ada atau tidak di permukaan planet tetangga Bumi itu.

Source : vivanews.com

Observasi Planet Mars



Mars menyimpan segudang misteri bagi manusia di Bumi. Berbagai observasi dilakukan para ilmuwan untuk menguak misteri, mulai dari kadar materi yang ada sampai dengan makhluk hidup yang ada di sana.

Untuk yang terakhir, rencananya akan direalisasikan akhir tahun ini. Setelah lebih dari empat dekade terakhir manusia mengirim robot ke Mars, kini manusia memasuki babak baru. Manusia akan langsung terjun dengan misi kendaraan penjelajah Curiosity ke planet merah itu.

Sejatinya, Mars sudah diobservasi oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Namun, dengan perspektif yang berbeda-beda. Seiring munculnya teknologi canggih, manusia terus mengubah persepsinya tentang Planet Merah ini dari waktu ke waktu.

Berikut ini adalah rentetan hasil observasi manusia yang dibagi ke dalam lima jaman, yang dikutip VIVAnews.com dari HowItWorksDaily.com, Sabtu 26 Maret 2011:


• Tahun 1.500 SMPermukaan Planet Mars

Pada era ini, Kerajaan Mesir cukup berjaya. Mereka menyebut Mars sebagai "Horus of the Hawk", seorang dewa berkepala elang. Horus dikenal sebagai salah satu dewa tertua dan perannya cukup signifikan dalam agama Mesir Kuno. Ketika itu, manusia mencatat gerak retrograde (kemunduran) Mars, di mana ia bergerak mundur atau menjauh dalam selama mengorbiti Bumi. Manusia masih menganggap Mars sebagai satelit selain bulan.

• Tahun 350 SM

Aristoteles menjadi manusia pertama yang mengatakan bahwa Mars jaraknya lebih jauh daripada jarak bulan ke Bumi, meski Planet Merah itu masih dianggap mengorbiti Bumi, bukan Matahari. Berdasarkan pengamatannya, Aristoteles mencatat bahwa bulan lewat di depan Mars.

• Tahun 1609 M

Di era ini, manusia telah mengenal teleskop. Dengan menggunakan teleskop, Galileo Galilei menjadi manusia pertama yang mengamati Mars langsung secara lebih dekat. Dia mengatakan bahwa Mars mengorbiti Matahari, bukan Bumi. Sayang, persepsinya itu langsung dibantah oleh kaum Vatikan.

• Tahun 1666 M

Seorang astronom bernama Giovanni Cassini coba menghitung berapa panjang satu hari di Mars. Melalui pengamatan teleskopiknya, dia mencatat bahwa ada es di bagian kutubnya, dan bahkan menghitung jaraknya dari Bumi.

• Tahun 1840 M

Wilhelm Beer dan Johann Heinrich Mädler merupakan dua astronom yang mempelajari Mars pertama kali melalui teleskop 3,75 inci, dan berhasil menggambarkan sketsa Mars pertama kali lengkap dengan permukaannya.


Source : vivanews.com

Kiamat Sudah Dekat !!


Selain banjir, senjata nuklir, polusi lingkungan, memburuknya iklim, dan lain sebagainya, menurut laporan majalah Discovery, AS, para ilmuwan juga memperhitungkan puluhan jenis bencana alam atau ulah manusia yang bisa mengakibatkan manusia mendekati kepunahan.

Letusan protuberan yang maha besar di sudut kiri bawah (Courtessy: NOAA Photo Library)

Jaman sekarang, setiap saat orang-orang menyebarkan informasi tentang kepunahan spesies, sehingga kita mulai menyadari bahwa ini bukan sebuah fenomena perputaran alam yang baik.




Para ilmuwan telah memperkirakan, bahwa rasio kepunahan spesies organisme sekarang adalah 1.000 kali lipatnya zaman fosil, menurut statistik bahwa di atas bumi secara aktual terdapat 99% spesies berada di ujung kepunahan.
Dan pembunuh-pembunuh yang menghancurkan spesies ini, sebagian besar disebabkan aktivitas peradaban manusia saat ini. Aktivitas-aktivitas ini menyebabkan berbagai jenis makhluk hidup di bumi, termasuk manusia sendiri secara perlahan-lahan menuju ke dalam kondisi yang kritis, ada beberapa kondisi yang mungkin dapat dialami dalam gerakan putaran alam.

Mungkin Anda akan menganggap bahwa peringatan di atas hanya imajinasi sastrawan, namun di bawah pengamatan dan penyelidikan ilmuwan ditemukan bahwa dalam sejarah ratusan juta tahun, di atas bumi berkali-kali menyisakan bekas-bekas dihancurkan.

Gempa bumi dan Perubahan Kerak Bumi
Dari sejumlah besar bangunan yang ditemukan di samudra, dengan fosil makhluk hidup samudra di atas daratan.

Semua ini cukup membuktikan “samudra berubah jadi sawah ladang, dan sawah ladang berubah jadi samudra (dunia mengalami perubahan besar)”, daratan tenggelam ke samudra, perubahan kerak bumi dasar laut yang naik menjadi daratan adalah fenomena yang sangat normal dalam aktivitas bumi.
Seperti misalnya Danau Lago Titicaca di Bolivia, Amerika Selatan, meski terletak di atas dataran tinggi, namun di kawasan sekeliling danau muncul jutaan fosil kulit kerang samudra, dan hingga sekarang masih terdapat makhluk samudra di danau tersebut, nelayan dapat menjala kuda laut, udang bercapit hijau dan kerang-kerangan.

Ini menunjukkan bahwa pada zaman dulu, dataran tinggi di sini mungkin masih berada di dasar laut, namun, karena perubahan kerak bumi, di desak hingga naik ke atas, dan masa terjadinya diperkirakan kurang lebih pada seratus juta tahun lampau. Daratan Atlantis dalam legenda, adalah peradaban yang hilang tenggelam ke laut karena perubahan kerak bumi.

Kerak Bumi Berubah Posisi
Ketika professor Charles H.Hapgood sedang mempelajari peta kuno Kutub Selatan, ia pernah mengemukakan hipotesa peralihan kerak bumi (Earth Crust Displacement).

Dalam kondisi tertentu, segenap kerak luar bumi mungkin dapat menggerakkan posisinya secara menyeluruh, bagaikan selembar kulit jeruk tak berisi, setelah kendor dan terkelupas, akan menggerakkan segenap posisinya.
Menurut hipotesa tersebut, kerak bumi setebal 30 mil dapat meluncur di atas inti bumi yang tebalnya 8 ribu mil, beberapa sarjana AS mengaitkan hipotesa ini dengan bencana dahsyat di Alaska dan Siberia pada 11 ribu tahun lampau. Mereka memprediksikan daratan di Kutub Selatan saat ini, ternyata adalah daerah berjarak sekitar 2 ribu mil sebelah utara Kutub Selatan.
Dan sebelum adanya peradaban manusia ini, minimal pada 6 ribu tahun silam, telah terjadi peralihan kerak bumi, segenap kerak bumi menggerakkan posisi, hingga menggeser daratan Kutub Selatan ke posisinya saat ini. Ini membuat daratan yang hangat mendadak menjadi dingin, dan secara perlahan diselimuti dengan es dan salju.

Dan di saat bersamaan, Alaska dan Siberia juga mengarah ke Kutub Utara, sehingga membuat daratan yang semula hangat dalam sekejab menjadi dingin “membeku”. Ini secara rasional telah menjelaskan tentang lapisan tanah beku di utara Siberia, gajah raksasa berbulu panjang yang ditemukan serta sejumlah besar binatang yang tidak dapat hidup di daerah dingin, seperti misalnya badak, banteng, kuda, gezelle, srigala, machairodont (harimau bergigi pedang), singa dan sebagainya, selain itu juga ada mayat manusia.

Ledakan Sinar Gamma
Sinar Gamma adalah ledakan dengan kekuatan terdahsyat yang sudah diketahui di alam semesta saat ini, dan pengetahuan yang dipahami ilmuwan atas hal ini masih sangat terbatas.

Ilmuwan mendapati, bahwa sinar gamma (Gamma Ray Burst, GRB) yang berasal dari galaksi luar yang jauh, adalah energi yang dilepaskan kembali setelah hancurnya 2 bintang tetap, energi pancarannya sangat kuat dan tak dapat diduga, kurang lebih seribu kali lipatnya matahari.
Sebelum perubahan besar ini terjadi, manusia sama sekali tidak dapat mengamati perubahan sesudahnya, sehingga dengan demikian juga tidak tahu bagaimana cara mengantisipasinya. Jika terjadi, maka meski berada di tempat sejauh seribu tahun cahaya, dan meski pada malam yang biasanya cerah di sebuah tempat yang jauhnya tidak dapat Anda saksikan, ia juga akan terang secara tiba-tiba seperti matahari, kemudian melepaskan energi yang maha besar, dan menyinari bumi dengan pancarannya.
Meskipun lapisan atmosfer dapat melindungi kita terhindar dari serangan sinar Gamma dan sinar -X, namun pancaran-pancaran berenergi tinggi ini dapat membuat lapisan atmosfer menjadi panas dan menghasilkan nitrogenoksida, yang dapat secara serius merusak ozonosfer (lapisan ozon).
Yang lebih parah adalah ini dapat secara langsung mengacaukan proses fotosintesis plankton di samudera (mereka dapat menyuplai oksigen bagi atmosfer), merusak ekologi sekaligus juga menghancurkan rantai makanan.
Jarak sinar gamma yang ditemukan saat ini sangat jauh dari kita, meski pengetahuan yang diketahui ilmuwan atas hal ini sangat terbatas, namun dapat dibayangkan akibat yang mengerikan seandainya secara tiba-tiba ia menyinari bumi kita.

Planet Menabrak Bumi
Pada 1908 silam, sebuah meteorit komet setinggi kurang lebih 200 kaki (± 60 m) pernah melintasi lapisan atmosfer, dan mengenai kawasan, Siberia, akibatnya terjadi ledakan di kawasan tersebut.


Menurut perhitungan astronom bahwa peristiwa sejenis akan terjadi setiap 100-300 tahun. Peristiwa ini, seandainya terjadi di samudera atau daerah yang jarang penduduknya, yang mana meskipun rasio kemungkinan manusia terhindar dari bencana ini sedikit lebih besar, namun ilmuwan mengatakan: terhadap planet besar, tidaklah penting di mana posisi yang diterjang mereka (planet).
Jika meteorit selebar ½ mil (± 800 m) menabrak bumi (± setiap 250 ribu tahun) meski tidak sampai menyebabkan kepunahan seluruh umat manusia, namun cukup memusnahkan pembangunan peradaban umat manusia sekarang.
Sebuah meteorit selebar 5 mil menabrak bumi dapat menimbulkan gempa, tsunami, letusan gunung berapi, dan mengakibatkan kepunahan yang lebih dahsyat, sama seperti akhir zaman dinosaurus.
Pada 1994 silam, ilmuwan berhasil mengamati seluruh proses tabrakan Comet Shoemaker-Levy 9 dengan Jupiter, ini menjelaskan bahwa planet menabrak bumi bukan tidak mungkin, juga bukan peristiwa mengerikan yang baru akan terjadi ratusan tahun kemudian.

Lubang Hitam
Sistim galaktik pada umumnya dipenuhi dengan Lubang Hitam (black hole). Menurut prediksi ilmuwan secara garis besar, bahwa dalam sistem galaktik terdapat sekitar satu juta lubang hitam, benda-benda ini beredar sama seperti bintang lainnya.

Seandainya ada sebuah planet sedang akan mendekati kita, hal itu bisa kita prediksi, tapi jika seandainya itu adalah lubang hitam maka kita tidak akan mendapat peringatan. Jika sebuah planet yang akan menabrak bumi, para ilmuwan puluhan tahun silam bisa saja mengamati dan memprediksikan waktu maupun energinya secara konkret.

Namun lubang hitam tidak akan menabrak atau menghancurkan bumi, akan tetapi, ia -dengan kekuatan gravitasinya yang luar biasa- dapat mengacaukan orbit peredaran benda langit, sehingga suhu di bumi akan mengalami perubahan yang drastis.

Badai Matahari
Selama beberapa tahun terakhir ini, matahari sudah memasuki perubahan periodik medan magnetik yang terjadi setiap 10-11 tahun. Dalam masa demikian, partikel dan pancaran kemungkinan akan menerpa ke bumi dengan kecepatan 1juta km/jam. Dan ancamannya terhadap bumi, adalah suatu hal yang tak dapat diperhitungkan para ilmuwan.

Pada April 2001 silam, sebagaimana yang diperkirakan ilmuwan, telah terjadi ledakan bintik matahari yang dahsyat di permukaannya, dan ini merupakan salah satu ledakan terbesar yang tercatat selama ini, untungnya solar Flare (letusan gas matahari) tidak mengarah ke bumi (lihat pada foto di atas).
Karena itu sebagian besar energi yang dilepaskan letusan protuberan tidak akan sampai menerjang bumi. Letusan protuberan atau gas matahari disebabkan ledakan tiba-tiba dari energi magnetik.
Letusan ini dapat menambah kecepatan gerak partikel matahari hingga mendekati kecepatan cahaya dalam beberapa detik, sekaligus membuat suhu di permukaan matahari naik hingga jutaan derajat.
Energi yang dilepaskan letusan protuberan bahkan mencapai miliaran ton energi yang dihasilkan ledakan bahan peledak.  

Sumber: http://indra-tatasurya.blogspot.com

Planet Saturnus




Pengertian

Saturnus adalah planet bercincin yg di kenal di tatasurya. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, mangkanya Saturnus tampak tidak terlalu jelas dari Bumi. evolusiny 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus, dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi,rotasi saturnus mempunyai waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 14 menit.

Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri dari batuan padat dengan atmosfer tersusun atas gas amonia dan metana, hal ini tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.

Cincin Saturnus sangat unik,terdiri beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah bongkahan-bongkahan es meteorit.

Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami. Tujuh diantaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius), dan Iapetus.
Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di kutub, dan dibengkakkan keluar di sekitar khatulistiwa. Diameter khatulistiwa Saturnus sebesar 120.536 km (74.867 mil) dimana diameter dari Kutub Utara ke Kutub Selatan sebesar 108.728 km (67.535 mil), berbeda sebesar 9%. Bentuk yang diratakan ini disebabkan oleh rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 5 jam 14 menit waktu Bumi. Saturnus adalah satu-satunya Planet di tata surya yang massa jenisnya lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air, planet ini memiliki atmosfer yang mengandung gas, sehingga massa jenis relatif planet ini sebesar is 0.69 g/cm³ (lebih sedikit daripada air), sebagai hasilnya, jika Saturnus diletakan di atas kolam yang penuh air, Saturnus akan mengapung.

Struktur Dalam
Inti Planet Saturnus mirip dengan Yupiter. Planet ini memiliki inti planet di pusatnya dan sangat panas, temperaturnya mencapai 16.000 K (36.540 °F, 18.730 °C). Inti Planet Saturnus sangat panas dan inti planet ini meradiasi sekitar 21/2 kali lebih panas daripada jumlah energi yang diterima Saturnus dari Matahari. Inti Planet Saturnus sama besarnya dengan Bumi, namun jumlah massa jenisnya lebih besar. Di atas inti Saturnus terdapat bagian yang lebih tipis yang merupakan hidrogen metalik, sekitar 30.000 km (18.600 mil). Di atas bagian tersebut terdapat daerah liquid hidrogen dan helium. Inti planet Saturnus berat, dengan massa sekitar 9 sampai 22 kali lebih dari massa inti Bumi.

Struktur Luar



Bagian luar atmosfer Saturnus terbuat dari 96.7% hidrogen dan 3% helium, 0.2% metana dan 0.02% amonia. Pada atmosfer Saturnus juga terdapat sedikit kandungan asetilena, etana dan fosfin.

Awan Saturnus, seperti halnya Yupiter, merotasi dengan kecepatan yang berbeda-beda bergantung dari posisi lintangnya. Tidak seperti Yupiter, awan Saturnus lebih redup dan awan Saturnus lebih lebar di khatulistiwa. Awan terendah Saturnus dibuat oleh air es, dan dengan ketebalan sekitar 10 kilometer. Temperatur Saturnus cukup rendah, dengan suhu 250 K (-10°F, -23°C). Awan di atasnya, memiliki ketebalan 50 kilometer, terbuat dari es amonium hidrogensulfida (simbol kimia: NH4HS), dan di atas awan tersebut terdapat awan es amonia dengan ketebalan 80 kilometer. Bagian teratas dibuat dari gas hidrogen dan helium, dimana tebalnya sekitar 200 dan 270 kilometer. Aurora juga diketahui terbentuk di mesosfer Saturnus. Temperatur di awan bagian atas Saturnus sangat rendah, yaitu sebesar 98 K (-283 °F, -175 °C). Temperatur di awan bagian dalam Saturnus lebih besar daripada yang di luar karena panas yang diproduksi di bagian dalam Saturn. Angin Saturnus merupakan salah satu dari angin terkencang di Tata Surya, mencapai kecepatan 500 m/s (1.800 km/h, 1.118 mph), yang jauh lebih cepat daripada angin yang ada di Bumi.

Pada Atmosfer Saturnus juga terdapat awan berbentuk lonjong yang mirip dengan awan berbentuk lonjong yang lebih jelas yang ada di Yupiter. Titik lonjong ini adalah badai besar, mirip dengan angin taufan yang ada di Bumi. Pada tahun 1990, Teleskop Hubble mendeteksi awan putih didekat khatulistiwa Saturnus. Badai seperti tahun 1990 diketahui dengan nama Bintik Putih Raksasa, badai unik Saturnus yang hanya ada dalam waktu yang pendek dan muncul setiap 39 tahun waktu Bumi. Bintik Putih Raksasa juga ditemukan tahun 1876, 1903, 1933, dan tahun 1960. Jika lingkaran konstan ini berlanjut, diprediksi bahwa pada tahun 2020 bintik putih besar akan terbentuk kembali.

Pesawat angkasa Voyager 1 mendeteksi awan heksagonal didekat kutub utara Saturnus sekitar bujur 80 ° utara. Cassini-Huygens nantinya mengkonfirmasi hal ini tahun 2006. Tidak seperti kutub utara, kutub selatan tidak menunjukan bentuk awan heksagonal dan yang menarik, Cassini menemukan badai mirip dengan siklon tropis terkunci di kutub selatan dengan dinding mata yang jelas. Penemuan ini mendapat catatan karena tidak ada planet lain kecuali Bumi di tata surya yang memiliki dinding mata.

Ciri-Ciri

NOJENISHASIL
1Nama PlanetSaturnus
2Kala Rotasi10 Jam 14 menit
3Kala Revolusi29,46 Tahun
4AtmosferHidrogen, Helium, Metana, Air, Etana, dsb
5Satelit Alam(56) di antaranya Dione, Rhea, Titan
6Jarak Di Matahari1,4 milyar km lebih
7Diameter Planet60.268 km
8Warna PlanetKuning keputihan

Cincin Planet

Saturnus terkenal karena cincin di planetnya, yang menjadikannya sebagai salah satu obyek dapat dilihat yang paling menakjubkan dalam sistem tata surya.

Cincin Saturnus tersebut dapat dilihat dengan menggunakan teleskop modern berkekuatan sederhana atau dengan teropong berkekuatan tinggi. Cincin ini menjulur 6.630 km hingga 120.700 km atas khatulistiwa Saturnus, dan terdiri daripada bebatuan silikon dioksida, oksida besi, dan partikel es dan batu. Terdapat dua teori mengenai asal cincin Saturnus. Teori pertama diusulkan oleh Édouard Roche pada abad ke-19, adalah cincin tersebut merupakan bekas bulan Saturnus yang orbitnya datang cukup dekat dengan Saturnus sehingga pecah akibat kekuatan pasang surut. Variasi teori ini adalah bulan tersebut pecah akibat hantaman dari komet atau asteroid. Teori kedua adalah cincin tersebut bukanlah dari bulan Saturnus, tetapi ditinggalkan dari nebula asal yang membentuk Saturnus. Teori ini tidak diterima masa kini disebabkan cincin Saturnus dianggap tidak stabil melewati periode selama jutaan tahun, dan dengan itu dianggap baru terbentuk.

Sementara ruang terluas di cincin, seperti Divisi Cassini dan Divisi Encke, dapat dilihat dari Bumi, Voyagers mendapati cincin tersebut mempunyai struktur seni yang terdiri dari ribuan bagian kecil dan cincin kecil. Struktur ini dipercayai terbentuk akibat tarikan graviti bulan-bulan Saturnus melalui berbagai cara. Sebagian bagian dihasilkan akibat bulan kecil yang lewat seperti Pan, dan banyak lagi bagian yang belum ditemukan, sementara sebagian cincin kecil ditahan oleh medan gravitas satelit penggembala kecil seperti Prometheus dan Pandora. Bagian lain terbentuk akibat resonansi antara periode orbit dari partikel di beberapa bagian dan bahwa bulan yang lebih besar yang terletak lebih jauh, pada Mimas terdapat divisi Cassini melalui cara ini, justru lebih berstruktur dalam cincin sebenarnya terdiri dari gelombang berputar yang dihasilkan oleh gangguan gravitas bulan secara berkala.

Sumber: http://indra-tatasurya.blogspot.com

Planet Jupiter




Pengertian

Yupiter atau Jupiter adalah planet terdekat kelima dari matahari setelah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

Jarak rata-rata antara Jupiter dan Matahari adalah 778,3 juta km. Jupiter adalah planet terbesar dan terberat dengan diameter ekuatornya 14.980 km dan memiliki massa 318 kali massa bumi. Periode rotasi planet ini adalah 9,8 jam, sedangkan periode revolusi adalah 11,86 tahun. Volume Jupiter 1.319 kai volume Bumi.

Struktur Dalam


Jupiter adalah salah satu dari empat raksasa gas, yaitu tidak terutama terdiri dari materi padat. Ini adalah planet terbesar di tata surya, memiliki diameter 142.984 km pada bagian khatulistiwa. Jupiter kerapatan, 1,326 g / cm ³, adalah tertinggi kedua dari planet gas raksasa, tetapi lebih rendah daripada salah satu dari empat planet terestrial.

Jupiter diperkirakan terdiri dari inti yang padat dengan campuran unsur-unsur, lapisan sekitarnya metalik hidrogen cair dengan beberapa helium, dan didominasi lapisan luar dari mol

Struktur Luar



Atas atmosfer Jupiter terdiri dari sekitar 88-92% 8-12% hidrogen dan helium oleh persen fraksi volume atau molekul gas (lihat tabel ke kanan). Karena atom helium memiliki sekitar empat kali lebih banyak massa sebagai atom hidrogen, perubahan komposisi ketika digambarkan dalam bentuk proporsi massa yang disumbangkan oleh atom yang berbeda. Dengan demikian atmosfer adalah sekitar 75% hidrogen dan 24% helium oleh massa, dengan sisa satu persen dari massa yang terdiri dari unsur-unsur lain. Interior mengandung bahan padat sehingga distribusi sekitar 71% hidrogen, 24% helium dan 5% unsur lainnya oleh massa. Suasana mengandung jumlah jejak metana, uap air, amonia, dan senyawa berbasis silikon. Ada juga bekas-bekas karbon, etana, hidrogen sulfida, neon, oksigen, Fosfina, dan belerang. Lapisan terluar atmosfer mengandung kristal amonia beku. Melalui inframerah dan ultraviolet pengukuran, jumlah jejak benzena dan hidrokarbon lain juga telah ditemukan.

Proporsi atmosfer hidrogen dan helium yang sangat dekat dengan komposisi teoritis purba nebula surya. Namun, neon di bagian atas atmosfer hanya terdiri dari 20 bagian per juta oleh massa, yang berjarak sekitar sepersepuluh yang melimpah seperti di Matahari. Helium juga habis, meskipun hanya untuk sekitar 80% dari komposisi helium Sun. Penipisan ini mungkin hasil presipitasi dari unsur-unsur tersebut ke dalam bagian dalam planet ini. kelimpahan dari berat inert gas di atmosfer Jupiter adalah sekitar dua sampai tiga kali lipat dari matahari.

Berdasarkan spektroskopi, Saturnus dianggap mirip dengan komposisi untuk Yupiter, tetapi raksasa gas lainnya Uranus dan Neptunus mempunyai relatif jauh lebih sedikit hidrogen dan helium. Namun, karena kurangnya masuk atmosfer probe, kualitas tinggi dalam jumlah melimpah unsur-unsur yang lebih berat yang tidak ada di luar planet-planet luar Jupiter.

Ciri-Ciri

NOJENISHASIL
1Nama PlanetJupiter
2Kala Rotasi9,8 Jam
3Kala Revolusi11,86 tahun
4AtmosferHidrogen, Helium, Metana, Air, Etana, dsb
5Satelit Alam(63) di antaranya Europa, Ganymede, Callisto
6Jarak Di Matahari778,3 Juta km
7Diameter Planet14.980 km
8Warna Planet-

Cincin Planet
Cincin Jupiter tak bisa kita nikmati menggunakan teleskop. Tidak seperti cincin Saturnus memang yang terlihat jelas dari Bumi dengan teleskop kecil sekalipun. Cincin Jupiter memiliki beberapa komponen antara lain cincin halo, cincin utama dan cincin gossamer.

Cincin Halo merupakan bagian terdalam berupa awan tebal yang berada pada jarak 92 000 km – 122 500 km dari inti Jupiter. Bagian halo ini mengalami peningkatan inklinasi akibat interaksi dengan bidang magnet Jupiter. Komponen berikutnya adalah cincin utama yang lebih tipis dan sempit berada pada jarak 122500 km – 128940 km dari pusat Jupiter dengan ketebalan 30 km dari atas ke bawah. Pada bagian ini terdapat juga partikel-partikel besar yang mengisi bagian cincinnya.

Komponen terakhir dari cincin Jupiter adalah cincin Gossamer yang redup dan terbagi atas dua bagian yakni Cincin Almathea (yang dekat ke Jupiter) dan Cincin Thebe. Cincin Almathea dimulai dari satelit Almathea ke bagian dalam Jupiter pada jarak 181000 km dan memiliki kecerlangan seragam. Sedangkan cincin Thebe yang berada di bagian terluar sampai dengan cincin Almathea berada pada jarak 222000 km dari Jupiter. Cincin ini lebih redup namun juga lebih tebal dibanding Cincin Almathea, namun jika dilihat dari citra resolusi tinggi yang diambil oleh Galileo, tepi atas dan bawah cincin Thebe akan terlihat lebih terang dibanding bagian pusatnya.

Cincin Jupiter memang redup jika dibandingkan dengan cincin Saturnus dan ia terbentuk dari materi yang gelap kemerah-merahan. Artinya, materi pembentuk cincin bukanlah es seperti di Saturnus melainkan batuan dan pecahan-pecahan debu. Citra yang diambil Voyager 2 menunjukan partikel pembentuk cincin sangatlah kecil dengan diameter hanya sekitar 10 mikrometer atau kurang dari itu. Bisa dikatakan partikel-partikel dalam cincin itu tak lebih besar dari partikel asap rokok atau debu rumah. Di bagian atas dan bawah cincin, terbentang awan partikel, medan elektrostatis yang terdorong keluar dari cincin oleh medan magnet Jupiter.

Jika dilihat dari letaknya, cincin Jupiter berada dalam batas Roche, sangat dekat dengan planet itu sendiri. Pada area ini satelit yang ada akan hancur akibat gaya gravitasi planet. Ini mengindikasikan kalau cincin Jupiter terbentuk dari satelit yang gagal. Selain itu, hasil pengamatan pesawat ruang angkasa Galileo juga menunjukan debu yang membentuk cincin berasal meteor yang menghantam permukaan satelit Jupiter. Selama 7 tahun perjalanannya, Galileo berhasil mendata ribuan tabrakan partikel dalam cincin Jupiter dari tahun 2002-2003.

Sumber: http://indra-tatasurya.blogspot.com