Jaman
sekarang, setiap saat orang-orang menyebarkan informasi tentang
kepunahan spesies, sehingga kita mulai menyadari bahwa ini bukan sebuah
fenomena perputaran alam yang baik.
Para
ilmuwan telah memperkirakan, bahwa rasio kepunahan spesies organisme
sekarang adalah 1.000 kali lipatnya zaman fosil, menurut statistik bahwa
di atas bumi secara aktual terdapat 99% spesies berada di ujung
kepunahan.
Dan pembunuh-pembunuh yang menghancurkan spesies ini,
sebagian besar disebabkan aktivitas peradaban manusia saat ini.
Aktivitas-aktivitas ini menyebabkan berbagai jenis makhluk hidup di
bumi, termasuk manusia sendiri secara perlahan-lahan menuju ke dalam
kondisi yang kritis, ada beberapa kondisi yang mungkin dapat dialami
dalam gerakan putaran alam.
Mungkin Anda akan menganggap bahwa
peringatan di atas hanya imajinasi sastrawan, namun di bawah pengamatan
dan penyelidikan ilmuwan ditemukan bahwa dalam sejarah ratusan juta
tahun, di atas bumi berkali-kali menyisakan bekas-bekas dihancurkan.
Gempa bumi dan Perubahan Kerak Bumi
Dari sejumlah besar bangunan yang ditemukan di samudra, dengan fosil makhluk hidup samudra di atas daratan.
Semua
ini cukup membuktikan “samudra berubah jadi sawah ladang, dan sawah
ladang berubah jadi samudra (dunia mengalami perubahan besar)”, daratan
tenggelam ke samudra, perubahan kerak bumi dasar laut yang naik menjadi
daratan adalah fenomena yang sangat normal dalam aktivitas bumi.
Seperti
misalnya Danau Lago Titicaca di Bolivia, Amerika Selatan, meski
terletak di atas dataran tinggi, namun di kawasan sekeliling danau
muncul jutaan fosil kulit kerang samudra, dan hingga sekarang masih
terdapat makhluk samudra di danau tersebut, nelayan dapat menjala kuda
laut, udang bercapit hijau dan kerang-kerangan.
Ini menunjukkan
bahwa pada zaman dulu, dataran tinggi di sini mungkin masih berada di
dasar laut, namun, karena perubahan kerak bumi, di desak hingga naik ke
atas, dan masa terjadinya diperkirakan kurang lebih pada seratus juta
tahun lampau. Daratan Atlantis dalam legenda, adalah peradaban yang
hilang tenggelam ke laut karena perubahan kerak bumi.
Kerak Bumi Berubah Posisi
Ketika
professor Charles H.Hapgood sedang mempelajari peta kuno Kutub Selatan,
ia pernah mengemukakan hipotesa peralihan kerak bumi (Earth Crust
Displacement).
Dalam kondisi tertentu, segenap kerak luar bumi
mungkin dapat menggerakkan posisinya secara menyeluruh, bagaikan
selembar kulit jeruk tak berisi, setelah kendor dan terkelupas, akan
menggerakkan segenap posisinya.
Menurut hipotesa tersebut, kerak
bumi setebal 30 mil dapat meluncur di atas inti bumi yang tebalnya 8
ribu mil, beberapa sarjana AS mengaitkan hipotesa ini dengan bencana
dahsyat di Alaska dan Siberia pada 11 ribu tahun lampau. Mereka
memprediksikan daratan di Kutub Selatan saat ini, ternyata adalah daerah
berjarak sekitar 2 ribu mil sebelah utara Kutub Selatan.
Dan
sebelum adanya peradaban manusia ini, minimal pada 6 ribu tahun silam,
telah terjadi peralihan kerak bumi, segenap kerak bumi menggerakkan
posisi, hingga menggeser daratan Kutub Selatan ke posisinya saat ini.
Ini membuat daratan yang hangat mendadak menjadi dingin, dan secara
perlahan diselimuti dengan es dan salju.
Dan di saat bersamaan,
Alaska dan Siberia juga mengarah ke Kutub Utara, sehingga membuat
daratan yang semula hangat dalam sekejab menjadi dingin “membeku”. Ini
secara rasional telah menjelaskan tentang lapisan tanah beku di utara
Siberia, gajah raksasa berbulu panjang yang ditemukan serta sejumlah
besar binatang yang tidak dapat hidup di daerah dingin, seperti misalnya
badak, banteng, kuda, gezelle, srigala, machairodont (harimau bergigi
pedang), singa dan sebagainya, selain itu juga ada mayat manusia.
Ledakan Sinar Gamma
Sinar
Gamma adalah ledakan dengan kekuatan terdahsyat yang sudah diketahui di
alam semesta saat ini, dan pengetahuan yang dipahami ilmuwan atas hal
ini masih sangat terbatas.
Ilmuwan mendapati, bahwa sinar gamma
(Gamma Ray Burst, GRB) yang berasal dari galaksi luar yang jauh, adalah
energi yang dilepaskan kembali setelah hancurnya 2 bintang tetap, energi
pancarannya sangat kuat dan tak dapat diduga, kurang lebih seribu kali
lipatnya matahari.
Sebelum perubahan besar ini terjadi, manusia
sama sekali tidak dapat mengamati perubahan sesudahnya, sehingga dengan
demikian juga tidak tahu bagaimana cara mengantisipasinya. Jika terjadi,
maka meski berada di tempat sejauh seribu tahun cahaya, dan meski pada
malam yang biasanya cerah di sebuah tempat yang jauhnya tidak dapat Anda
saksikan, ia juga akan terang secara tiba-tiba seperti matahari,
kemudian melepaskan energi yang maha besar, dan menyinari bumi dengan
pancarannya.
Meskipun lapisan atmosfer dapat melindungi kita
terhindar dari serangan sinar Gamma dan sinar -X, namun
pancaran-pancaran berenergi tinggi ini dapat membuat lapisan atmosfer
menjadi panas dan menghasilkan nitrogenoksida, yang dapat secara serius
merusak ozonosfer (lapisan ozon).
Yang lebih parah adalah ini
dapat secara langsung mengacaukan proses fotosintesis plankton di
samudera (mereka dapat menyuplai oksigen bagi atmosfer), merusak ekologi
sekaligus juga menghancurkan rantai makanan.
Jarak sinar gamma
yang ditemukan saat ini sangat jauh dari kita, meski pengetahuan yang
diketahui ilmuwan atas hal ini sangat terbatas, namun dapat dibayangkan
akibat yang mengerikan seandainya secara tiba-tiba ia menyinari bumi
kita.
Planet Menabrak Bumi
Pada 1908 silam,
sebuah meteorit komet setinggi kurang lebih 200 kaki (± 60 m) pernah
melintasi lapisan atmosfer, dan mengenai kawasan, Siberia, akibatnya
terjadi ledakan di kawasan tersebut.
Menurut
perhitungan astronom bahwa peristiwa sejenis akan terjadi setiap 100-300
tahun. Peristiwa ini, seandainya terjadi di samudera atau daerah yang
jarang penduduknya, yang mana meskipun rasio kemungkinan manusia
terhindar dari bencana ini sedikit lebih besar, namun ilmuwan
mengatakan: terhadap planet besar, tidaklah penting di mana posisi yang
diterjang mereka (planet).
Jika meteorit selebar ½ mil (± 800 m)
menabrak bumi (± setiap 250 ribu tahun) meski tidak sampai menyebabkan
kepunahan seluruh umat manusia, namun cukup memusnahkan pembangunan
peradaban umat manusia sekarang.
Sebuah meteorit selebar 5 mil
menabrak bumi dapat menimbulkan gempa, tsunami, letusan gunung berapi,
dan mengakibatkan kepunahan yang lebih dahsyat, sama seperti akhir zaman
dinosaurus.
Pada 1994 silam, ilmuwan berhasil mengamati seluruh
proses tabrakan Comet Shoemaker-Levy 9 dengan Jupiter, ini menjelaskan
bahwa planet menabrak bumi bukan tidak mungkin, juga bukan peristiwa
mengerikan yang baru akan terjadi ratusan tahun kemudian.
Lubang Hitam
Sistim
galaktik pada umumnya dipenuhi dengan Lubang Hitam (black hole).
Menurut prediksi ilmuwan secara garis besar, bahwa dalam sistem galaktik
terdapat sekitar satu juta lubang hitam, benda-benda ini beredar sama
seperti bintang lainnya.
Seandainya ada sebuah planet sedang akan
mendekati kita, hal itu bisa kita prediksi, tapi jika seandainya itu
adalah lubang hitam maka kita tidak akan mendapat peringatan. Jika
sebuah planet yang akan menabrak bumi, para ilmuwan puluhan tahun silam
bisa saja mengamati dan memprediksikan waktu maupun energinya secara
konkret.
Namun lubang hitam tidak akan menabrak atau
menghancurkan bumi, akan tetapi, ia -dengan kekuatan gravitasinya yang
luar biasa- dapat mengacaukan orbit peredaran benda langit, sehingga
suhu di bumi akan mengalami perubahan yang drastis.
Badai Matahari
Selama
beberapa tahun terakhir ini, matahari sudah memasuki perubahan periodik
medan magnetik yang terjadi setiap 10-11 tahun. Dalam masa demikian,
partikel dan pancaran kemungkinan akan menerpa ke bumi dengan kecepatan
1juta km/jam. Dan ancamannya terhadap bumi, adalah suatu hal yang tak
dapat diperhitungkan para ilmuwan.
Pada
April 2001 silam, sebagaimana yang diperkirakan ilmuwan, telah terjadi
ledakan bintik matahari yang dahsyat di permukaannya, dan ini merupakan
salah satu ledakan terbesar yang tercatat selama ini, untungnya solar
Flare (letusan gas matahari) tidak mengarah ke bumi (lihat pada foto di
atas).
Karena itu sebagian besar energi yang dilepaskan letusan
protuberan tidak akan sampai menerjang bumi. Letusan protuberan atau gas
matahari disebabkan ledakan tiba-tiba dari energi magnetik.
Letusan
ini dapat menambah kecepatan gerak partikel matahari hingga mendekati
kecepatan cahaya dalam beberapa detik, sekaligus membuat suhu di
permukaan matahari naik hingga jutaan derajat.
Energi yang dilepaskan letusan protuberan bahkan mencapai miliaran ton energi yang dihasilkan ledakan bahan peledak.
Sumber: http://indra-tatasurya.blogspot.com